FAKTOR FAKTOR


Faktor Penilaian Kualitas Visual

Dari penelusuran terhadap definisi-definisi yang pernah dicatat pada sejarah peradaban manusia, maka pemahaman mengenai kualitas visual dapat ditinjau dari aspek objek dan aspek subjek.
Walaupun pada kenyataanya sesuatu yang memiliki kualitas tinggi tidak dapat secara tegas dikatakan apakah faktor yang memperngaruhi nilai dari kualitas visual adalah ditentukan oleh pengaturan unsur unsur yang terdapat pada objek, atau faktor subjek, yang lebih dipengaruhi oleh keadaan si manusia pengamat.
Dalam bentuk bagan, kualitas visual sebuah objek dapat dipengaruhi oleh dua faktor tadi, yaitu faktor objek dan faktor subjek.
Kualitas visual sebuah artefak dpat ditentukan oleh banyak hal, beberapa faktor yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut,
Pertama, nilai dari kualitas visual ditentukan oleh unsur unsur yang terdapat pada objek itu sendiri, antara lain :

  1. Karakteristik Industri, beberapa produk dapat dinilai dari kemamuan dari industri dimana artefak tersebut dilahirkan. Sebuah industri kecil memiliki potnsi yang layak disesuaikan dengan karakteristik industri yang menempel pada produk itu sendiri. Beberapa produk yang dihasikan oleh industri kecil – menengah memiliki karakteristik industri yang berskala besar. Karakteristik industri kecil cenderung pada desain yang terbatas (eksklusif), sedangkan industri skala besar cenderung menghasilkan produk yang massal. Beberapa industri kadangkala telah memiliki posisioning yang baik di benak masyarakat, sehingga satu produk yang tidak terlalu baik dapat dinilai ‘baik’ hanya dikarenakan ‘brand’ industri yang memproduksinya telah dikenal atau dipercaya oleh masyarakat. Sepatu kanvas dengan menggunakan merek tertentu yang telah dikenal, dapat dinilai lebih baik dibandingkan dengan satu produk lain yang memiliki bentuk atau warna yang sama.

  1. Karakteristik Produksi, setidaknya terdapat dua karakter produksi yang umum dikenal, yaitu produksi yang mengandalkan tangan, produksi semi masinal, dan produksi masinal. Produk tertentu dapat dinilai baik, dalam keadaan yang tidak terlalu rapih, dikarenakan penghargaan masyarakat pada ‘ketrampilan’ tangan si desiner atau pengrajin. Untuk bentuk yang sama, keadaan tidak rapih yang dihasilkan oleh industri masinal dapat dikatakan sebagai bentuk yang tidak baik. Toleransi yang diberikan pada produk-produk buatan tangan menjadikan nilai kualitas visual dapat meningkatkan nilai kualitas visual yang diberikan. Sebaliknya, produk yang demikian baik dari sisi kepresisian kadangkala dinilai rendah, hanya karena produk yang masinal tersebut diindustrikan secara massal.


  1. Karakteristik material, setiap material memiliki apa yang disebut sebagai kualitas visual material. Nilai material ini juga terkait dengan ‘nilai konvensi’ yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Sebuah bentuk yang sama. Akan tetapi terbuat dari bahan yang berbeda dapat memiliki kualitas yang berbeda hanya dikarenakan material yang digunakan untuk membangun objek itu sendiri. Gelang yang emas 24 karat, dinilai lebih tinggi dari pada gelang dengan bentuk yang sama yang terbuat dari plastik atau logam lain ( tembaga, alumunium, atau plastik ). Beberapa material menunjukkan bahwa kualitas bahan yang akan digunakan memiliki potensi yang tinggi, akan dapat dimanfaatkan oleh desainer dengan menggunakan bentuk-bentuk sederhana sehingga karakteristik visual yang sudah dimiliki oleh material tersebut dapat ditampilkan dengan baik. Kayu jati yang berumur tua, dinilai memiliki kualitas visual yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan kayu jati muda. Disamping karakteristik visual, karakteristik yang dimiliki oleh material adalah karakteristik struktural, yaitu sifat khas yang dimiliki oleh material sehingga dapat menerima perlakuan yang berbeda dibanding dengan material lainnya.

  1. Karakteristik Pembanding dan lingkungan visual. Kehadiran sebuah desain tidak dapat dilepaskan dari faktor dimana karya tersebut diletakkan. Sebuah produk yang memiliki nilai cukup baik, dapat menjadi tidak muncul dikarenakan ia diletakkan pada lingkungan yang tidak kondusif. Sehubungan dengan kemampuan manusia mempersepsi, maka karakteristik pembanding menjadi hal yang turut mempengaruhi nilai dari sebuah produk. Beberapa produk yang harus berinteraksi dengan produk-produk lainnya dalam satu situasi menunjukkan bahwa pertimbangan terhadap lingkungan visual adalah sesuatu yang tidak dapat diabaikan. Demikian juga halnya dengan lingkungan visual berupa produk lain sejenis. Sebuah produk yang dikatakan ‘bagus’ dapat menjadi ‘baik’ ketika ia disandingkan dengan produk lain yang memiliki kualitas yang lebih rendah. Walaupun demikian hal ini tidaklah bersifat mutlak, karena produk yang memiliki kualitas visual tinggi pada kenyataannya dapat bergeser kualitasnya menjadi turun, semata mata karena lingkungan visual dari karakteristik pembandingnya memiliki kualitas visual yang buruk.


  1. Unsur visual dan perseptual. Faktor yang dominan sebagai bagian dari sebuah objek visual adalah unsur visual dan perseptual. Beberapa tulisan menunjukkan istilah yang lain untukhal yang kurang lebih sama, antara lain, unsur desain dan prinsip desain, unsur tak teraba dan tak teraba, dan beberapa istilah lain yang kurang lebih memiliki arti yang sama. Unsur visual adalah unsur yang ada pada sebuah objek untuk membangun sebuah komposisi, sedangkan unsur perseptual adalah unsur unsur yang ada pada objek dikarenakan kemampuan manusia untuk berpersepsi, sehingga tanpa kemampuan persepsi, unsur perseptual tidak terlihat. Unsur ini akan dibahas lebih detail pada sub bab lain pada buku ini.

Kedua, nilai dari kualitas visual ditentukan oleh unsur unsur yang terdapat pada subjek yang mengamati, antara lain :
  1. Faktor internal. Yaitu faktor faktor yang membentuk karakteristik Personal, termasuk usia dan jenis kelamin. Nilai yang muncul ketika seseorang mengamati objek visual sangat dipengaruhi oleh faktor internal ini. Termasuk pada faktor internal adalah motivasi, nilai yang dianut, sikap, serta perilaku seseorang terhadap sebuah objek.

  1. Karakteristik Pengetahuan. Tingkat intelektual yang dimiliki oleh seseorang pada kenyataanya menunjukkan perbedaan nilai yang dianut. Pendidikan pada dasarnya merupakan transformasi nilai dari satu pihak pada pihak lainnya. Latar belakang pendidikan yang berbeda mengakibatkan bentuk pengakuan yang berbeda sesuai dengan pemahaman orang tersebut pada objek visual yang diamati. Pemahaman mengenai adanya pengaruh pengetahuan pada cita rasa memang tidak dapat diuraikan secara gamblang, akan tetapi jika mengacu pada beberapa teori mengenai proses pencerapan sebagai proses berpikir, maka dapat dipahami mengapa seseorang yang memiliki tingkat intelktual tertentu menunjukkan cita rasa yang khas. Proses pencerapan sebagai proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan pengetahuan mengakibatkan bergesernya nilai yang dianut oleh seseorang. Tidak semua kalangan dapat memahami sebuah karya seni, beberapa ahli berpendapat bahwa tingkat intelektual tertentu mendapatkan kesulitan untuk menjalani proses apresiasi sebuah objek visual ( termasuk produk dan karya seni ).

  1. Karakteristik Lingkungan sosial. Walaupun nilai yang dianut pada dasarnya termasuk pada faktor internal, akan tetapi secara khusus lingkungan sosial yang membentuk nilai-nilai yang berlaku pada seseorang dapat dikaji dalam pengamatan yang berbeda. Lingkungan sosial terbukti mempengaruhi seseorang dalam menilai sebuah objek visual. Hal yang menarik adalah lingkungan sosial yang berpengaruh tidaklah satu lingkungan saja. Pada satu lingkungan kerja, seseorang akan memiliki nilai tertentu yang dianutnya, yang akan mempengaruhinya dalam membentuk sikap. Sikap tersebut selanjutnya akan mengarahkan perilaku. Ketika ia berada pada lingkungan sosial yang lain nilai yang berpengaruh juga berbeda, sehingga sikap dan perilakunya terhadap sebuah objek juga berbeda. Hanya saja, permasalahan ini tidaklah semekanistis seperti apa yang diuraikan. Nilai melekat kuat pada diri sesorang, nilai bukanlah sesuatu yang mudah berubah, berbeda dengan perilaku, yang pada situasi tertentu seoalh-olah dapat berubah. Hanya saja perlu diperhatikan bahwa nilai, sikap, dan perilaku dibentuk secara dominan oleh lingkungan sosial, sehingga pengamatan terhadap faktor ini merupakan salah satu pertimbangan yang termasuk primer untuk dilakukan oleh seorang desainer, khususnya ketika ia harus mendesain untuk segmentasi pasar tertentu ( komunitas ).

  1. Karakteristik lingkungan geografis. Seperti halnya faktor lingkungan sosial, lingkungan geografis pada dasarnya juga merupakan faktor yang memberikan nilai-nilai pada manusia, hanya saja, sebagai upaya untuk dapat melihat nilai kualitas visual yang dianut oleh satu masyarakat tertentu. Pada produk-produk artefak budaya, faktor ini paling dapat diamati sebagai bukti dari pengaruh geografis. Artefak yang dihasilkan oleh masyarakat yang ada di Lingkungan pantai cenderung untuk memanfaatkan bentuk bentuk gelombang laut sebagai ungkapan visual, sedangkan pada masyarakat lingkungan pegunungan cenderung untuk memanfaatkan keragaman tumbuhan hutan yang ada pada pegunungan, atau bentuk-bentuk gunung itu sendiri. Termasuk dalam lingkungan geografis adalah pengaruh iklim. Yang perlu diperhatikan pada lingkungan geografis adalah persepsi masyarakat terhadap lingkungan itu sendiri. Pada masyarakat yang ada pada empat musim, dikenal dua musim bersahabat, dan dua musim yang tidak bersahabat. Lingkungan geografis tersebut membentuk perilaku manusia ketika ia berada pada musim yang tidak bersahabat. Beberapa ‘style’ di dunia desain ada yang dibentuk oleh perilaku ini, kerinduan manusia terhadap alam pada saat mereka harus selalu berada di rumah karena ancaman dari iklim yang tidak bersahabat diungkapkan pada produk pakai mereka melalui ungkapan gaya-gaya yang mencerminkan lingkungan alam yang bersahabat. Warna hitam pada satu masyarakat dapat memiliki konotasi ‘berkabung’, dimana pada masyarakat lain dengan lingkungan geografis yang berbeda justru menggunakan warna ‘putih’ sebagai ungkapan ‘berkabung’.
  2. Karakteristik lingkungan budaya. Pada dasarnya budaya adalah nilai-nilai yang berlaku pada satu masyarakat. Artefak sebagai salah satu produk budaya merupakan cerminan nilai-nilai yang berlaku pada masayarakat tersebut, sehingga secara langsung akan berakibat langsung pada sikap dan perilaku dari masyarakat pada lingkungan budaya tersebut. Budaya ‘lisan’ berbeda dengan budaya’tulisan’ sehingga ungkapan-ungkapan atau pesan-pesan banyak dititipkan melalui artefak yang digunakan. Berbeda dengan artefak pada lingkungan budaya ‘tulisan’, budaya penelitian yang bersifat ilmiah, sesuatu yang ‘reasonable’ seolah olah merupakan kewajiban yang harus dipatuhi, dan hal ini berpengaruh besar pada kualitas visual yang berlaku pada budaya tersebut. Perbedaan-perbedaan budaya lain dapat terlihat pula pada banyak artefak yang menuntut penyesuaian, seperti penggunaan kemudi kanan atau kiri, penggunaan sendok, garpu dan pisau, bentuk-pentuk kuali atau panci. Secara umum artefak pada kedua budaya yang berbeda tersebut dapat dilihat pada perbandingan produk yang dihasilkan oleh ‘budaya barat dan timur’. Globalisasi sekalipun, yang membentuk ‘keseragaman’ pada kenyataannya tidak pernah terjadi secara murni.

  1. Karakteristik Ekonomi. Faktor ekonomi adalah salah satu faktor subjek yang cukup signifikan mempengaruhi seseorang dalam melakukan penilaian kualitas sebuah objek visual. Serupa dangan bagaimana faktor lingkungan sosial, geografis, dan budaya, karaktersitik ekonomi memperlihatkan adanya pengaruh yang cukup signifikan terhadap penilaian seseorang pada sebuah objek. Status ekonomi memperlihatkan bagaimana sesorang mempergunakan waktu dan uangnya pada kondisi tertentu. Penggunaan waktu dan uang tersebut adalah nilai-nilai yang berlaku pada dirinya, orientasi dan lain hal, sehingga secara langsung akan penilaian terhadap kualitas visual sebuah objek visual. Selera masyarakat yang terbentuk pada saat ketika revolusi perancis terjadi memperlihatkan bagaimana status ekonomi mempengaruhi langgam perupaan yang diminati oleh masyarakat kelas tertentu. Demikian juga dengan nilai visual yang dianut oleh kelompok kelompok sosial yang ditentukan oleh karakteristik ekonomi. Perbedaan keadaan ekonomi pada waktu yang berbeda juga mempengaruhi diri seseorang ketika ia menilai sebuah objek visual, dalam keadaan berlebih, cita rasa yang dimiliki seseorang akan berbeda dengan cita rasa yang dimilikinya pada saat kondisi ekonominya berubah. Desain bangunan untuk ‘rumah makan tegal’ atau sejenisnya sengaja dipertahankan untuk segmentasi pasar ekonomi tertentu. Hal ini merupakan bentuk bagaimana status ekonomi dipertimbangkan agar kualitas visual yang diajukan sesuai dengan ‘nilai’ yang ditawarkan.

  1. Karakteristik Politik. Fenomena masyarakat dalam bernegara menunjukkan bagaimana sebuah kesamaan visi membentuk satu komunitas yang mengarahkan aktifitas seseorang. Komunikasi yang terjadi pada komunitas tersebut akan menggunakan tanda-tanda yang telah disepakati sebelumnya sebagai satu bentuk representasi visi yang dianut. Oleh karenanya faktor politik adalah faktor yang termasuk harus dipertimbangkan dalam desain sebagai sesuatu yang mempengaruhi seseorang dalam menilai sebuah objek visual. Berbeda dengan faktor yang sebelumnya dibahas, pada politik, nilai-nilai tersebut diberikan melalui program yang terencana dan secara sadar dipilih oleh anggota komunitas. Dalam bentuk yang kecil, seperti keberadaan partai yang menganut idealisme tertentu cenderung menggunakan tanda-tanda yang disepakati dapat memberikan identitas pada anggota komunitasnya. Tanda-tanda tersebut tidak diakui secara evolusi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terencana. Penggunaan komposisi warna tertentu seringkali digunakan sebagai ‘standar cita rasa’ yang diteguhkan pada anggota komunitas. Pembangunan citra mengharuskan anggota komunitas menggunakan sintaks dan tanda yang berlaku di komunitas tersebut, sehingga produk produk yang memiliki kualitas baikpun, jika tidak menampilkan tanda yang disepakati tidak akan diminati oleh masyarakat yang tergabung dalam satu komunitas partai. Dalam bentuk yang besar, seperti sebuah negara yang memiliki falsafah politik yang berbeda dengan negara yang lain memperlihatkan cita rasa yang berbeda pula. Ketika perang dingin masih berlangsung antara Amerika dan Rusia dikarenakan falsafah negara yang dianut berbeda menunjukkan karakteristik cita rasa yang berbeda pula. Nilai yang dianut dikarenakan faktor politik kadangkala berbenturan dengan sikap dan nilai yang dibentuk oleh faktor lain. Nilai-nilai yang dibentuk oleh faktor politik seringkali diberikan melalui bentuk bentuk doktrinasi.

  1. Karakteristik Norma dan Agama. Faktor lain yang mempengaruhi nilai yang dianut oleh seseorang adalah faktor agama dan norma. Faktor ini dapat disebut sebagai salah satu faktor yang paling stabil, paling sulit untuk di ubah. Keyakinan terhadap ‘dogma’ yang ditentukan agama seringkali sangat mempengaruhi nilai kualitas visual yang muncul pada diri seseorang. Ketika sebuah produk dibuat dari bahan alam ( binatang atau tumbuhan ) yang diharamkan oleh agama akan mengarahkan seseorang untuk menilai ‘rendah’ kualitas visual sebuah objek. Sebagai contoh, produk-produk tertentu tidak diminati oleh satu masyarakt yang menganut agama tertentu. Adalah tidak mungkin pada sebuah sajadah untuk digunakan shalat oleh masyarakat muslim menggunakan bahan yang terbuat dari daging babi, atau menggunakan simbol-simbol yang dihindari, seperti figur anjing atau tengkorak. Agama dan norma seringkali membentuk secara menyeluruh terhadap nilai nilai yang berlaku pada satu masyarakat sehingga faktor ini menjadi salah satu faktor yang cukup dominan dipertimbangkan ketika seorang desainer akan melakukan perancangan produk tertentu yang memiliki fungsi menunjang aktifitas yang dipengaruhi oleh religi.

Pada kenyataannya masing-masing faktor tersebut tidak dapat dipilah secara tegas, faktor ekonomi mempengaruhi status sosial seseorang, yang pada akhirnya membentuk satu budaya tersendiri yang khas. Sementara nilai nilai yang diarahkan olah agama dan norma melingkupi keseluruhan faktor tersebut. Faktor geografis mengarahkan perilaku masyarakat dalam bermasyarakat, sedangkan pengetahuan seseorang memperlihatkan bagaimana ia menyikapi faktor-faktor tersebut secara sadar dan tidak sadar.

Bee Nest

Bee Nest

Butterfly

Butterfly